Jumat, 17 Juni 2011

tanaman herbal. BROTOWALI


BROTOWALI (TINOSPORA CRISPA (L). MIERS)

Klasifikasi dan Uraian Tumbuhan

Brotowali disebut Tinospora Crispa (L). Miers, termasuk kedalam famili tumbuhan Menispermaceae. Tanaman ini tumbuh merambat dengan panjang mencapai 2 m lebih, batang sebesar jari kelingking berbintil-bintil rapat, rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai menjangkung, ujung lancip, bentuk seperti hati, warna hijau. Merupakan tumbuhan liar yang terdapat di seluruh Indonesia. Biasa tumbuh di hutan, ladang atau di halaman dekat pagar.

Nama Daerah : Andawali, antawali, bratawali, putrawali, atau daun gadel

Sinonim: Tinospora Perculata Beumee

Sifat kimiawi: mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, palmatin, berberin, kolumbin (akar), kokulin

Efek Farmakologi: tumbuhan ini bersifat analgesik, anti piretik, melncarkan peredaran darah, anti rematik, rasa pahit dan sifat sejuk, menurunkan kadar gula dalam tubuh

Bagian Tanaman yang digunakan: batang dan daun

Penyakit yang Dapat Disembuhkan dan Cara Penggunaannya

1. Rematik, 1 batang brotowali cuci, potong seperlunhya, rebus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1,5 gelas. Setelah dingin disaring, tambah madu, minum

2. Demam, demam kuning, dua jari batang direbus dengan 2 gelas airsampai menjadi 1 gelas, setelah dingin disaring, tambah madu secukupnya. Minum 2 kali sehari

3. Kencing manis, sepertiga daun sambiloto, sepertiga daun kumis kucing, 6cm batang brotowali, rebus dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Minum 2 kali sehari

4. Kudis, 3 jari batang brotowali, tumbuk halus lalu tempelkan di tempat yang sakit

5. Badan gatal-gatal, mandi dengan rebusan sejengkal batang brotowali

6. Luka, daun brotowali ditumbuk, tempelkan dan cuci luka dengan air rebusan batang.

Kegunaan lain

Kegunaan:
Umumnya diminum sebagai tonikum seperti kinine. Di Indo Cina semua bagian tumbuh-tumbuhan dipakai sebagai obat demam sebagai pengganti kinine. Di Filipina Brotowali dianggap sebagai obat serba bisa antara lain dipakai untuk mengobati penyakit gila. Di Bali batangnya dipakai sebagai obat sakit perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang. Di Jawa air rebusannya digunakan dalam hal demam jujuh, dan sebagai obat luar untuk luka dan gatal-gatal. Pada awal abad ke-20, kulit yang ditumbuk dipakai untuk mengobati sakit gula. Tumbuhan ini juga digunakan sebagai pengatur haid dan obat kencing. Batangnya (sesudah direbus airnya) biasanya digunakan untuk obat sakit perut, demam, sakit pinggang, obat mencret dan obat cacing. Bila dicampur dengan minyak dan belerang maka bisa digunakan sebagai obat luar untuk kudis. Air rebusannya untuk obat borok sifilis. (Pada umumnya daunnya dipakai sebagai obat borok). Batangnya dijual di pasar-pasar dan dikenal dengan nama "batang Brotowali". Zat pahit dari Brotowali adalah pikroretin; akarnya rnengandung berberin dan kolombin. Pada beberapa penyelidikan dengan kelinci, obat ini ternyata sedikit khasiatnya melawan demam. Obat yang baru, jika ditelan akan menambah rekresi lendir dan ternyata air rebusan memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam menangani penyakit kesadaran (psychosis) dan mungkin pula sakit gila.

Cara Budidaya: perbanyak tanaman ini dengan cara stek.

Sumber:

Tanaman Obat Kelas Profesional 2, KARYASARI, 2002, hal 12.

Majalah Tanamn Obat Herbal, Yayasan Karyasari, Edisi Juni 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar